Thursday, September 27, 2018

Perempuan Tangguh


Berita dari Dinasti Tang (Cina) mengatakan, bahwa ada kerajaan Holing (Kalingga) yang sangat kuat, dengan kepala pemerintahan seorang Ratu. Sampai-sampai orang Ta-Shih pada tahun 674 M, mengurungkan niatnya untuk menyerang. Kerajaan Kalingga, saat itu teramat perkasa. Diberitakan pula, bahwa dibawah pemerintahan Ratu Sima, Kerajaan Kalingga menjadi pemerintahan negara yang sangat menjunjung tinggi terhadap hukum. Pernah saudara dari Ratu Sima sendiri, terpaksa harus dihukum karena berani melanggar peraturan. Itulah, salah satu ketegasan Ratu Sima pada penegakkan hukum di pemerintahan Kalingga. Tentunya, hal tersebut untuk memberi tauladan kepada rakyatnya, bahwa semua warga masyarakat Kalingga, diperlakukan sama dihadapan hukum pemerintahan kerajaan Kalingga.

Selain itu, ada pula wanita tangguh nusantara yang bernama Putri Nurul A’la, adalah seorang wanita yang pernah menjadi perdana menteri di Kerajaan Islam Perlak, mendampingi suaminya Sultan Makhdum Alaiddin Ahmad Syah Jauhan Berdaulat (1108-1134 M).  Sebagai perdana menteri atau kepala pemerintahan, seluruh urusan pemerintahan di bawah tanggung jawab dirinya, dan dibantu putrinya. Pada masa itu pula, pucuk pemegang keuangan negara (menteri keuangan) dimanajerialkan oleh Putri Nurul Qodimah. Ada juga, komandan perang wanita, yakni Laksamana Maharani (1170-1196 M). Seorang laksamana wanita dari Kerajaan Seudu, yang memeluk agama Islam karena dakwah santun dari Sultan Makhdum Alaiddin Ahmad Syah Jauhan Berdaulat dari Kerajaan Islam Perlak. Laksamana Maharani merupakan laksamana wanita yang perkasa dan terkenal pada saat itu.

Adapula, putri tangguh nusantara lain yang bernama Dyah Gayatri, adalah istri Raden Wijaya. Pendiri dan raja pertama Majapahit. Beliau tercatat sebagai seorang Ratu yang sukses di Kerajaan Majapahit. Pemerintahan Ratu Dyah Gayatri berhasil mempersiapkan Majapahit menjadi negara terkuat di Nusantara. Tujuan menjadi Negara yang kuat itu pun, dapat terlaksana dengan lebih mudah. Pada masa pemerintahannya, Maha Patih Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa, untuk mempersatukan wilayah di nusantara. Ratu Dyah Gayatri yang terkenal dengan Raja Patni, naik tahta setelah wafatnya Raja Majapahit yang kedua, Jayanegara (1309-1328). Selain piawi dalam hal pemerintahan, dari segi spiritual pun Ratu Dyah Gayatri juga mumpuni. Sehingga
dalam perjalanannya, beliau memutuskan diri untuk menjadi seorang pertapa. Selanjutnya, perihal urusan pemerintahan Kerajaan Majapahit, diestafetkan kepada putrinya, yang bernama Sri Gitarya Tri Bhuana Tungga Dewi Jayawisnu Wardhani (1328-1350 M).

Dalam perhelatan Asian Games Jakarta-Palembang (18 Agust-02 Sept 2018) yang lalu, wanita-wanita tangguh Indonesia juga banyak berkontribusi dalam perolehan medali emas. Diantaranya; Defiana, atlet dari cabang taekwondo berhasil menyumbangkan medali emas, setelah mengalahkan Marjan Salahshouri dari negeri Iran. Selanjutnya, pada cabang panjat dinding individu dan estafet beregu, Aries Susanti Rahayu menambahkan dua medali emas untuk Indonesia. Atlet putri wushu Indonesia, Lindswell Kwok pun menambahkan medali emas di nomor taijijian dan taijiquan. Amasya Manangan dan Aprilia Santini Manangan (Manangan bersaudara), juga memberikan medali emas di cabang voli pantai putri. Sarah pun, merupakan atlet putri tangguh dari cabang pencaksilat, yang mampu menambah pengumpulan medali emas Indonesia, setelah menang telak melawan pesilat dari Laos, Vongphakdy Nong Oy.

Kisah diatas, membuktikan bahwa di Nusantara kesetaraan gender sudah dilakukan dari 1400 tahun yang lalu, dan sampai sekarang. Pria dan wanita diberikan kebebasan dalam berfikir atau berkarya. Hal ini, juga menunjukkan bahwa tatanan sosial, budaya dan pemerintahan di Indonesia sudah moderat dari tahun 600 M. Beberapa kisah juga menyebutkan, bahwa para wanita-wanita mulia lagi tangguh di nusantara, tetap menyeimbangkan antara hak dan kewajiban sebagai wanita dalam lingkup keluarga, dan sosialnya. Dengan kata lain, tetap menjaga sekaligus melestarikan nilai-nilai kearifan budaya lokal daerahnya.

Hasya dan teman-temannya, sedang belajar tapaktilas mengikuti panjatan-panjatan para wanita tangguh di nusantara. Mereka menjadi duta dari MTs N 1 Kab. Tegal dalam perlombaan cabang karate dan cadit di tingkat provinsi Jawa Tengah. Walau pun belum menjadi yang terbaik, namun beliau-beliau merupakan tunas-tunas Srikandi yang berpotensi. Hal tersebut dapat digapai, tentunya dengan ikhtiar yang gigih lagi kuat, dan tentunya tidak luput dari sentuhan bijak dari Saag Guru-guru pembimbingnya.

Harapannya... semoga kedepan, prestasinya makin mercusuar. Amin yra. Terimakasih kepada para Guru. Tanpa kesabaran Anda dalam membimbing, putra-putri kami belum tentu bisa demikian.
GOR Kridanggo, 21-23/09/2018


No comments:

Post a Comment

Khazanah Keilmuan Ulama Nusantara

Sebelum Islam masuk ke wilayah Melayu Nusantara, khazanah keilmuan yang terekam dalam berbagai naskah  hingga manuskrip masih dipengaruhi ol...