KATA PENGANTAR
DR. KH. Ali M. Abdillah, M.A
Al-Rabbani Islamic College (Co-Founder)
Saya memberikan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada Mas Komarudin, selain sibuk kerja, kuliah, mengurus organisasi MATAN (Mahasiswa Ahlith Thoriqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyah) komisariat UNU Indonesia dan sebagai kepala rumah tangga, namun masih menyisakan waktunya untuk menulis. Semoga langkah-langkah produktif ini bisa diikuti oleh mahasiswa lainnya.
Melihat konten buku ini cukup menarik, karena membahas tokoh-tokoh controversial pada zamannya, seperti; Ibn ‘Arabi, Syaikh Siti Jenar dan Gus Dur. Ketiga tokoh tersebut memiliki titik kesamaanya itu, sama pengikut dan penyebar ilmu-ilmu hakikat. Sesungguhnya ilmu hakikat bagian integral dari ilmu syariat (fikih) yang tidak bisa dipisahkan, ibarat ilmu hakikat sebagai keris (isi) sedangkan ilmu syariat sebagai warongko (wadah). Karena kebanyakan umat Islam terlena dalam wilayah syariat saja, tanpa mau belajar ilmu hakikat, bahkan sebagian kelompok ada yang menuding sebagai ilmu yang sesat. Padahal Imam al-Ghazali sendiri dalam kitab Ihya’ Ulum al-Din pada jilid pertama telah memberikan kritik terhadap ibadah shalat yang sebatas syariat saja, tapi kosong dari aspek hakikatnya. Namun demikian, dalam praktek ilmu hakikat harus tetap dalam koridor tawhid muwahhid (monoteis) bukan tawhid mulhid (panteistik). Selain itu, tetap berjalan pada syariat Nabi Muhammad SAW baik secara lahir maupun batin.
Buku ini bisa menjadi muqadimah untuk mengenal biografi dan pemikiran para tokoh kontroversi seperti; Ibn ‘Arabi, Syaikh Siti Jenar dan Gus Dur. Semoga memperoleh mutiara-mutiara yang indah.
Nagrak Cikeas, 14 Maret 2017
DR. KH. Ali M. Abdillah, M.A
Al-Rabbani Islamic College (Co-Founder)
Saya memberikan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada Mas Komarudin, selain sibuk kerja, kuliah, mengurus organisasi MATAN (Mahasiswa Ahlith Thoriqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyah) komisariat UNU Indonesia dan sebagai kepala rumah tangga, namun masih menyisakan waktunya untuk menulis. Semoga langkah-langkah produktif ini bisa diikuti oleh mahasiswa lainnya.
Melihat konten buku ini cukup menarik, karena membahas tokoh-tokoh controversial pada zamannya, seperti; Ibn ‘Arabi, Syaikh Siti Jenar dan Gus Dur. Ketiga tokoh tersebut memiliki titik kesamaanya itu, sama pengikut dan penyebar ilmu-ilmu hakikat. Sesungguhnya ilmu hakikat bagian integral dari ilmu syariat (fikih) yang tidak bisa dipisahkan, ibarat ilmu hakikat sebagai keris (isi) sedangkan ilmu syariat sebagai warongko (wadah). Karena kebanyakan umat Islam terlena dalam wilayah syariat saja, tanpa mau belajar ilmu hakikat, bahkan sebagian kelompok ada yang menuding sebagai ilmu yang sesat. Padahal Imam al-Ghazali sendiri dalam kitab Ihya’ Ulum al-Din pada jilid pertama telah memberikan kritik terhadap ibadah shalat yang sebatas syariat saja, tapi kosong dari aspek hakikatnya. Namun demikian, dalam praktek ilmu hakikat harus tetap dalam koridor tawhid muwahhid (monoteis) bukan tawhid mulhid (panteistik). Selain itu, tetap berjalan pada syariat Nabi Muhammad SAW baik secara lahir maupun batin.
Buku ini bisa menjadi muqadimah untuk mengenal biografi dan pemikiran para tokoh kontroversi seperti; Ibn ‘Arabi, Syaikh Siti Jenar dan Gus Dur. Semoga memperoleh mutiara-mutiara yang indah.
Nagrak Cikeas, 14 Maret 2017
No comments:
Post a Comment