Kang Ndoro, orang memanggilnya. Pemilik usaha tambal ban yang akrab dengan sesama, dan istiqomah dalam melaksanakan sholat berjama'ah.
Tujuh bulan yang lalu, anak cowok pertamanya, baru dipanggil oleh Sang Pemilik Hidup.
Tujuh bulan yang lalu, anak cowok pertamanya, baru dipanggil oleh Sang Pemilik Hidup.
Jelang bedug dzuhur, Mas Mul menuntun motor ke tempat usaha Kang Ndoro, karena bannya terkena potongan paku. Juga, kondisi ban luar yang sudah gundul. Disini nyata, keadilan Tuhan membagikan rizki kepada hamba-Nya. Mungkin juga, aplikatif dari Kalamullah surat Al-Insyirah: 6, yang artinya kuranglebih, "Sesungguhnya bersama kesusahan ada kemudahan." Kelihatan susah untuk Mas Mul, namun menjadi perantara kemudahan rizqi untuk Kang Ndoro.
Sesampainya, Mas Mul menyapa Kang Ndoro, "Assalamu'alaikum,Kang."
Balas Kang Ndoro, "Wa'alaikum salam ww. Ada yang bisa dibantu Mas Mul?"
Mas Mul menjawab, "Tolong Kang, saya mau nambal ban."
Kang Ndoro, "Ban sebelah mana, Mas?"
Mas Mul, "Ban belakang, tapi depan juga dicek ya! Karena kalau seminggu, sering berkurang sendiri anginnya."
Kang Ndoro sambil becanda, "Anginnya, diambil siapa Mas?"
Jawab Mas Mul, "Belum ketemu tuh! Cuacanya panas, mungkin buat ndinginin hawa." Ger... suasana keduanya, mulai mencair.
Balas Kang Ndoro, "Wa'alaikum salam ww. Ada yang bisa dibantu Mas Mul?"
Mas Mul menjawab, "Tolong Kang, saya mau nambal ban."
Kang Ndoro, "Ban sebelah mana, Mas?"
Mas Mul, "Ban belakang, tapi depan juga dicek ya! Karena kalau seminggu, sering berkurang sendiri anginnya."
Kang Ndoro sambil becanda, "Anginnya, diambil siapa Mas?"
Jawab Mas Mul, "Belum ketemu tuh! Cuacanya panas, mungkin buat ndinginin hawa." Ger... suasana keduanya, mulai mencair.
Seperti lazimnya tukang tambal ban, Kang Ndoro mengambil peralatan-peralatan untuk mendukung profesinya. Selanjutnya, saat mau ambil ember yang berisi air, langkahnya terhenti. Hal tersebut dilakukan, hanya menunggu ayam yang sedang minum di ember, yang biasa untuk menganalisa dimana letak kebocoran ban. Setelah ayam selesai minum dan sudah pergi, barulah diangkat ember tersebut. Dan media penentu kebocoran, siap melaksanakan tugas.
Mas Mul menegurnya, "Ayo... Kang! Saya mau ada perlu, lekaslah ditambal."
Jawab Kang Ndoro, "Mohon maaf ya! Tadi menunggu selesai ayam minum, Mas Mul." Sanggah Mas Mul, "Apa kaitannya terhadap ban saya dengan ayam itu, ya Kang?"
Jawab Kang Ndoro, "Mohon maaf ya! Tadi menunggu selesai ayam minum, Mas Mul." Sanggah Mas Mul, "Apa kaitannya terhadap ban saya dengan ayam itu, ya Kang?"
Jawab Kang Ndoro dengan nada rendah dan enteng, "Tidak ada sih, ini kaitannya dengan saya."
Mas Mul dengan rasa heran bin bingung, menanyakan "Kenapa begitu, Kang?"
Sambil menarik nafas dalam-dalam, selanjutnya dikeluarkan dengan pelan-pelan, Kang Ndoro menjawabnya, "Hari ini saya belum bershodaqoh, semoga dengan membiarkan ayam minum di ember itu, Pengeran (Tuhan) ridha mencatatnya sebagai shodaqoh saya pada hari ini."
Mas Mul terhentak dengan jawaban Kang Ndoro, yang begitu bijak. Sambil Mas Mul memuji Kang Ndoro, "Saya hari ini, mendapat ilmu yang luarbiasa dari Panjenengan, Kang."
Dengan tawadzu, Kang Ndoro membalas, "Sampean tentu lebih banyak beramal dibandingkan saya, yang hanya menunggu rupiah dari ban kendaran orang yang memgalami kebocoran." Sambil mulai membongkar, dan mengamati ban dalamnya dengan cermat.
Mas Mul dengan rasa heran bin bingung, menanyakan "Kenapa begitu, Kang?"
Sambil menarik nafas dalam-dalam, selanjutnya dikeluarkan dengan pelan-pelan, Kang Ndoro menjawabnya, "Hari ini saya belum bershodaqoh, semoga dengan membiarkan ayam minum di ember itu, Pengeran (Tuhan) ridha mencatatnya sebagai shodaqoh saya pada hari ini."
Mas Mul terhentak dengan jawaban Kang Ndoro, yang begitu bijak. Sambil Mas Mul memuji Kang Ndoro, "Saya hari ini, mendapat ilmu yang luarbiasa dari Panjenengan, Kang."
Dengan tawadzu, Kang Ndoro membalas, "Sampean tentu lebih banyak beramal dibandingkan saya, yang hanya menunggu rupiah dari ban kendaran orang yang memgalami kebocoran." Sambil mulai membongkar, dan mengamati ban dalamnya dengan cermat.
Setelah selesai ban belakang ditambal, semua peralatan dipindah ke depan, untuk mengerjakan ban bagian depan. Usai diperiksa, ternyata bocornya di dekat spentil, namun kecil banget. Biasanya kalau tukang tambal ban yang amatir, dan orientasinya hanya keuntungan, pasti langsung minta ganti ban dalam yang baru.
Kaang Ndoro pun menyampaikan ke Mas Mul, "Saya akan akalin dahulu, ya Mas Mul? supaya tidak perlu ganti ban baru."
Jawab Mas Mul, "Emang bisa?"
Kang Ndoro, "Dicoba dahulu, kalau gagal baru Panjenengan ganti."
Mas Mul, "Saya manut Sampean, Kang."
Kaang Ndoro pun menyampaikan ke Mas Mul, "Saya akan akalin dahulu, ya Mas Mul? supaya tidak perlu ganti ban baru."
Jawab Mas Mul, "Emang bisa?"
Kang Ndoro, "Dicoba dahulu, kalau gagal baru Panjenengan ganti."
Mas Mul, "Saya manut Sampean, Kang."
Ternyata Kang Ndoro sukses, mengakalinya dengan sempurna.
Kang Ndoro, "Sudah, Mas Mul. Ban belakang dan depan, total bocornya dua."
Tanya Mas Mul, "Semuanya berapa?"
Jawab Kang Ndoro, "Dua puluh ribu, Mas."
Mas Mul bayar lima puluh ribu ke Kang Ndoro. Dengan maksud, lebihnya buat shodakoh ke Kang Ndoro. Namun,
Kang Ndoro tetap mengembalikan lebihnya.
Harapan Mas Mul, "Hari ini sangat berharga, dapat ilmu dari Sampean dan tidak perlu ganti ban dalam depan. Sudah wajar, kalau Sampean terima sisanya Kang Ndoro."
Sambil mengembalikan kembali uang kembaliannya ke Mas Mul, jawab Kang Ndoro, "Saya hanya melakukan yang teringan dan bermanfaat, Mas Mul."
Kang Ndoro, "Sudah, Mas Mul. Ban belakang dan depan, total bocornya dua."
Tanya Mas Mul, "Semuanya berapa?"
Jawab Kang Ndoro, "Dua puluh ribu, Mas."
Mas Mul bayar lima puluh ribu ke Kang Ndoro. Dengan maksud, lebihnya buat shodakoh ke Kang Ndoro. Namun,
Kang Ndoro tetap mengembalikan lebihnya.
Harapan Mas Mul, "Hari ini sangat berharga, dapat ilmu dari Sampean dan tidak perlu ganti ban dalam depan. Sudah wajar, kalau Sampean terima sisanya Kang Ndoro."
Sambil mengembalikan kembali uang kembaliannya ke Mas Mul, jawab Kang Ndoro, "Saya hanya melakukan yang teringan dan bermanfaat, Mas Mul."
Mas Mul makin tertunduk malu, dan kalah sinar bijak dari tukang tambal ban, sambil berucap "Agunging panuwun Kang Ndoro, semoga senantiasa berkah."
No comments:
Post a Comment